0

PERBEDAAN TOPIK,TEMA DAN JUDUL



> dalam wacana percakapan. Menurut Howe Topik itu merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan.Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu “Topoi” yang berati tempat dalam tulis menulis,pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan.maka dari itu topik merupakan Topic merupakan salah satu unsure yang penting
Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya atau Dalam karang mengarang, tema juga adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan
Judul adalah sebuah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku,atau kepala berita.Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.


Syarat-syarat topik
Syarat topik bisa ditinjau dari 2 segi, yaitu topik yang baik bagi penulis dan topik yang baik bagi pembaca.
Bagi penulis, topik yang baik yaitu berbasis pada kompetensi penulisnya yaitu
• Bidang keahlian.
• Bidang studi yang didalami.
• Pengalaman penulis: pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian, partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah.
• Bidang kerja atau profesi.
• Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif).
• Temuan yang pernah diteliti.
• Kualifikasi pengalaman: nasional, internasional.
• Kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya.
• Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan
• Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya.
Sedangkan bagi pembaca, topik itu baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan:
• Tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan.
• Upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan profesi.
• Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya.
• Pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya.
• Upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan.
• Upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya.
• Sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan, dan sebagainya.

Namun, jika ditinjau secara umum syarat topik yang baik yaitu:
1). Menarik untuk ditulis dan dibaca.
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.
2). Dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer). Selain itu, penulis juga harus menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang digunakan, dan bidang ilmu.


Syarat-syarat tema
Berikut ini beberapa syarat tema yaitu :

1)Tema harus menarik perhatian penulis.
2)Tema harus diketahui/dipahami penulis.
3)Tema harus Bermanfaat.
4)Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
5)Tema yang dipilih harus yang menarik.
6)Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
7)Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
8)Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
Syarat-syarat judul
ada beberapa Syarat-syarat judul yaitu:
• Harus bebentuk frasa,
• Tanpa ada singkatan atau akronim,
• Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
• Tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
• Menarik perhatian,
• Logis,
• Sesuai dengan isi
• Judul harus:.asli,relevan,provakitif,singkat

Cara membatasi topik
Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data.

Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas ataupun dibaca.Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh pembacanya.
Contoh pembatasan topik:

“Upaya mengembangkan kwalitas perawatan yang bermutu bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit”.

Jadi, kwalitas perawatan ini dikembangkan terbatas bagi pelayanan pasien di Rumah Sakit


syarat-syarat Judul
Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judul katyatulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan adakemungkinan judul berubah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu
(bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu
panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judul harusmemiliki independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahelterikat).
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

PEMBUATAN ALINIA/PARAGRAF



> Pengertian

Alinea atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan membentuk satu gagasan. Bila dalam sebuah alinea terdapat lebih dari satu gagasan, berarti alinea itu tidak baik dan perlu dipecah menjadi lebih dari satu alinea.

Tujuan Pembuatan Paragraf :
a.Memudahkan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain.
b.Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.

Syarat syarat paragraf yang baik :
1 . Kepaduan Paragraf
Hubungan antara kalimat dengan kalimat. Untuk mencapai kepaduan, gunakanlah kata penghubung.

2. Kesatuan Paragraf
Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Hal ini terbagi atas dua , yaitu paragraph deduktif, yang merupakan kalimat utama diletakkan di awal paragraf sedangkan paragraf induktif adalah kalimat utama diletakkan di akhir paragraf.

3. Kelengkapan Paragraf
Paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukkan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri ciri kalimat penjelas adalah berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain.

4. Di setiap paragraf harus memuat kalimat pokok. Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.

5. Di setiap paragraf harus memuat kalimat penjelas. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

Unsur-unsur kebahasan :

Repetisi : pengulangan kata-kata yang dianggap cukup penting atau menjadi topik pembahasan.
Kata ganti : kata yang dipakai untuk menggantikan subyek pembicaraan.
Macam-macam kata ganti :
a. kata ganti orang pertama (I) : aku, saya, ku,
b. kata ganti orang kedua (II) : kamu, mu, kamu sekalian,
c. kata ganti orang ketiga (III) : Anda, Dia, Beliau,mereka, nya.
Kata transisi : kata yang berada di antara kata ganti dan kata repetisi.
Macam-macam kata transisi :
a. berhubungan dengan pertambahan;
b. berhubungan dengan perbandingan;
c. berhubungan dengan pertentangan;
d. berhubungan dengan tempat;
e. berhubungan dengan tujuan;
f. berhubungan dengan waktu;
g. berhubungan dengan singkatan

MACAM - MACAM PARAGRAF :
Menurut fungsinya
Alinea pembukaa.
a.membuka suatu karangan
b.menarik minat dan perhatian pembaca
c.menyiapkan pikiranpembaca

Alineapenghubung
Semua alinea yang terdapat diantara alinea pembuka dengan alinea penutup.

Alinea penutup
a.mengakhiri karangan/bagian karangan
b.mengandung kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian
c.menimbulkan banyak kesan

Menurut posisi kalimat topik :

a) Alinea Deduktif
Bila kalimat pokok ditempat pada bagian awal alinea akan terbentuk alinea deduktif, yaitu alinea yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan alinea (urutan umum-khusus).
b) Alinea Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada akhir alinea akan terbentuk alinea induktif, yaitu alinea yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan (urutan khusus-umum).
c) Alinea Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir alinea, terbentuklah alinea campuran deduktif-induktif. Kalimat pada akhir alinea umumnya menegasakan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal alinea.
d) Alinea Penuh Kalimat Topik
Semua kalimatnya penting. Alinea semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.


Berdasarkan isinya :
a) alinea persuatif, jika isi alinea mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.
b) alinea argumentatif, jika isi alinea membahas satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung.
c) alinea naratif, jika isi alinea menuturkan peristiwa atau keadaan kedalam bentuk cerita.
d) alinea deskriptif, jika isi alinea melukiskan atau menggambarkan sesesuatu dengan bahasa.
e) alinea ekspositoris, jika isi alinea memaparkan sesuatu fakta atau kejadian tertentu.

Macam-macam Metode Pengembangan Paragraf
1. Klimaks dan Anti Klimaks
2. Sudut Pandangan / Point of View
3. Proses
4. Perbandingan dan Pertentangan
5. Analogi
6. Contoh
7. Kausal
8. Umum-Khusus / Khusus-Umum
9. Klasifikasi
10. Definisi Luas
Berikut ini adalah beberapa penjelasannya.
*7contoh dibawah ini yang saya buat adalah hasil dari pemahaman saya sendiri dengan melihat beberapa sumber.

1. Cara Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan. Ungkapan seperti berbeda dengan, sedangkan , lain halnya dengan , akan tetapi ,
dan bertolak belakang dari.

Contoh :
Kekuatan tim voli yang berasal dari bandung kini sangat jauh berbeda dari tim bandung pada jaman 2000an. Dimana dengan tim bandung yang sekarang, mereka lebih memiliki kulitas tim dan pemain yang berhasil juara dan menjadi tim yang patut di segani di daerah jawa barat dan sekitarnya.

2. Cara perbandingan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasa menggunakan ungkapan
Seperti seruan dengan, seperti halnya , demekian juga , sama dengan , sejalan dengan ,
akan tetapi , sedangkan , dan sementara itu.

Contoh :
Bemo adalah sebutan alat transportasi beroda empat yang pada masanya sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum. Bemo begitulah sebutannya yang terkenal di wilayah Kota Bogor. Bajaj hampir mirip dengan bemo., akan tetapi bajaj hanya mempunyai 3 roda. Seperti halnya bemo, bajaj pun digunakan sebagai alat transportasi di Kota Jakarta yang kini sudah sulit untuk kendaraan bajaj ini beroperasi karena semakin banyaknya kendaraan lain yang lebih digandrungi masyarakat.

3. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang di jelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

Contoh :
Anak itu sering sekali menghabiskan uang jajannya untuk sesuatu barang yang tak penting. Bahkan ia rela meminjam uang kepada teman kelasnya. Ibaratnya besar pasak daripada tiang, pengeluarannya banyak namun pendapatan sedikit.


4. Cara Contoh
Kata seperti , misalnya , contonya , dan lain lain adalah ungkapan. Ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.

Contoh :
Setiap manusia membutuhkan banyak vitamin. Vitamin itu sendiri banyak terkandung di buah-buahan dan sayur-sayuran. Buah-buahan yang banyak mengandung vitamin, contohnya jeruk, jambu biji, mangga dan banyak lainnya.

5. Cara Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian , baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.

Contoh :
Shelly melahap habis jajanan yang dibelinya di pinggir jalan kemarin. Tanpa memperhatikan jajanan yang dibelinya sudah tercemar polusi. Akibatnya shelly sekarang tidak masuk kuliah karena perutnya sakit. Oleh karena itu, dia harus meminum obat diare.

6. Cara Definisi
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata-kata yang di gunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi.

Contoh :
Ayah saya seorang dokter. Dokter adalah pekerjaan yang membantu orang sakit untuk dapat sembuh dari penyakitnya. Banyak sekali bidang kedokteran, yaitu dokter spesialis anak, umum, bedah, kulit, dan lain sebagainya. Masing-masing bidang tersebut memiliki perbedaan dalam masalah penanganan terhadap pasiennya.

7. Cara Klasifikasi
Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan cirri-ciri tertentu.

Contoh :
Banyak sekali jenis-jenis hewan. Hewan dibedakan dari 3 jenis, seperti herbivora, karnivora, dan omnivora. Herbivora yaitu jenis hewan pemakan daun atau tumbuh-tumbuhan, karnivora termasuk hewan pemakan daging, dan omnivora adalah hewan pemakan segalanya.

Sumber ::
http://jhonyirwanto.blogspot.com/2009/12/bahasa-indonesia-paragraf-alinea.html
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_5541/title_paragraf-alinea/
http://ibuku.zxq.net/Bab%205%20Paragraf.pdf
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

KALIMAT EFEKTIF



> Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif

1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

VHDL



> VHDL awalnya dikembangkan atas perintah dari AS Departemen Pertahanan dalam rangka untuk mendokumentasikan perilaku ASICS bahwa perusahaan pemasok yang termasuk dalam peralatan. Artinya, VHDL dikembangkan sebagai alternatif untuk besar, manual kompleks yang dikenakan detail implementasi khusus.
Gagasan untuk dapat mensimulasikan dokumentasi ini begitu jelas menarik bahwa simulator logika dikembangkan yang dapat membaca file VHDL. Langkah selanjutnya adalah pengembangansintesis logika alat yang membaca VHDL, dan output definisi pelaksanaan fisik sirkuit. alat sintesis modern dapat mengekstrak RAM , counter , dan blok aritmatika keluar dari kode, dan menerapkannya sesuai dengan apa yang user menentukan. Dengan demikian, kode VHDL yang sama dapat disintesis berbeda untuk daerah terendah, terendah daya konsumsi, clock speed tertinggi, atau persyaratan lainnya.
VHDL banyak meminjam dari bahasa pemrograman di kedua konsep (misalnya, notasi slice untuk bagian pengindeksan sebuah array dimensi satu) dan sintaks . VHDL memiliki konstruksi untuk menangani paralelisme yang melekat dalam desain perangkat keras, tetapi konstruksi (proses) berbeda dalam sintaks dari paralel dengan konstruksi di Ada (tugas). Seperti Ada, VHDL sangat diketikdan tidak sensitif huruf . Ada banyak fitur dari VHDL yang tidak ditemukan di Ada, seperti set diperpanjang operator Boolean termasuk nand dan juga, untuk secara langsung merupakan usaha yang umum di hardware. VHDL juga memungkinkan array untuk diindeks di kedua arah (menaik atau menurun) karena kedua konvensi digunakan dalam perangkat keras, sedangkan Ada (seperti kebanyakan bahasa pemrograman) menyediakan naik pengindeksan saja. Alasan kesamaan antara kedua bahasa adalah bahwa Departemen Pertahanan yang diperlukan sebanyak mungkin sintaks harus didasarkan pada Ada, untuk menghindari re-inventing konsep yang telah diuji secara menyeluruh dalam pengembangan Ada.
Versi awal VHDL, dirancang untuk IEEE standar 1076-1987 , termasuk berbagai jenis data, termasuk numerik ( integer dan real ), logis ( bit dan boolean ), karakter dan waktu , ditambah dengan arraydari disebut bit_vector bit dan karakter disebut string .
Suatu masalah tidak diselesaikan dengan edisi ini, bagaimanapun, adalah "multi-nilai logika", dimana drive's kekuatan sinyal (tidak kuat, lemah atau) dan nilai-nilai yang tidak diketahui juga dipertimbangkan. Ini diperlukan standar IEEE 1164 , yang mendefinisikan nilai logika jenis-9: std_ulogic skalar dan vektor std_ulogic_vector versinya.
Isu kedua IEEE 1076 , pada tahun 1993, membuat sintaks lebih konsisten, memungkinkan fleksibilitas yang lebih dalam penamaan, memperluas character tipe untuk memungkinkan ISO-8859-1 karakter yang dapat dicetak, menambahkan xnor operator, dll
Perubahan kecil dalam standar (2000 dan 2002) menambahkan gagasan jenis dilindungi (mirip dengan konsep kelas di C + +) dan dihapus beberapa pembatasan dari aturan pemetaan pelabuhan.
Selain standar IEEE 1164, standar beberapa anak diperkenalkan untuk memperluas fungsi bahasa. IEEE 1076,2 standar ditambahkan penanganan lebih baik dari tipe data yang nyata dan kompleks.IEEE 1076,3 standar diperkenalkan signed dan unsigned jenis untuk memfasilitasi operasi aritmatika pada vektor. IEEE 1076,1 standar (dikenal sebagai VHDL-AMS ) yang disediakan-sinyal rangkaian desain ekstensi dan campuran analog.
Beberapa standar lain mendukung penggunaan VHDL lebih luas, terutama VITAL (VHDL Inisiatif Menuju Perpustakaan ASIC) dan microwave ekstensi desain sirkuit.
Pada bulan Juni 2006, Komite Teknis VHDL Accellera (dilimpahkan oleh IEEE untuk bekerja pada update berikutnya standar) menyetujui disebut Draft 3.0 dari VHDL-2006. Tetap menjaga kompatibilitas penuh dengan versi yang lebih tua, ini standar yang diusulkan memberikan banyak ekstensi yang membuat tulisan dan mengelola kode VHDL lebih mudah. Perubahan utama meliputi penggabungan standar anak (1164, 1.076,2, 1.076,3) ke standar 1076 utama, satu set diperpanjang operator, sintaks yang lebih fleksibel 'kasus' dan 'menghasilkan' laporan, penggabungan VHPI (interface untuk C / C + + bahasa) dan subset dari PSL ( Properti Spesifikasi Bahasa ). Perubahan ini harus meningkatkan kualitas kode VHDL disintesis, membuat testbenches lebih fleksibel, dan memungkinkan penggunaan lebih luas deskripsi VHDL untuk sistem-tingkat.
Pada bulan Februari 2008, Accellera disetujui VHDL 4.0 juga informal dikenal sebagai VHDL 2008, yang ditujukan lebih dari 90 masalah ditemukan selama masa uji coba untuk versi 3.0 dan ditingkatkan termasuk jenis generik. Pada tahun 2008, Accellera dirilis VHDL 4.0 untuk IEEE untuk pemungutan suara atas penyertaan dalam IEEE 1076-2008. Standar VHDL IEEE 1076-2008 telah disetujui oleh RevCom pada bulan September 2008.

Desain
VHDL biasanya digunakan untuk menulis model teks yang menggambarkan rangkaian logika. Seperti model diproses oleh program sintesis, hanya jika itu adalah bagian dari desain logika. Sebuah program simulasi digunakan untuk menguji desain logika dengan menggunakan model simulasi untuk mewakili sirkuit logika yang antarmuka ke desain. Koleksi model simulasi ini biasanya disebuttestbench.
VHDL memiliki input file dan kemampuan keluaran, dan dapat digunakan sebagai bahasa untuk keperluan umum untuk pemrosesan teks, tetapi file yang lebih sering digunakan oleh testbench simulasi untuk data stimulus atau verifikasi. Ada beberapa compiler VHDL yang membangun binari-binari executable. Dalam hal ini, ada kemungkinan untuk menggunakan VHDL untuk menulistestbench untuk memverifikasi fungsi dari desain menggunakan file pada komputer host untuk menentukan rangsangan, untuk berinteraksi dengan pengguna, dan membandingkan hasilnya dengan yang diharapkan. Namun, desainer yang paling meninggalkan pekerjaan ini ke simulator.
Hal ini relatif mudah bagi developer berpengalaman untuk menghasilkan kode yang mensimulasikan berhasil tetapi itu tidak dapat disintesis menjadi perangkat yang nyata, atau terlalu besar untuk praktis. Satu perangkap tertentu adalah produksi disengaja transparan kait daripada D-jenis flip-flop sebagai elemen penyimpanan.
VHDL bukan bahasa case sensitive. Satu dapat desain hardware di IDE VHDL (untuk implementasi FPGA seperti Xilinx ISE, Altera Quartus, Synopsys Synplify atau Mentor Graphics Designer HDL) untuk menghasilkan RTL skematik dari rangkaian yang diinginkan. Setelah itu, skema yang dihasilkan dapat diverifikasi menggunakan software simulasi yang menunjukkan bentuk gelombang input dan output dari sirkuit setelah menghasilkan testbench sesuai. Untuk menghasilkan testbench sesuai untuk sirkuit tertentu atau kode VHDL, masukan harus didefinisikan dengan benar. Misalnya, untuk input jam, proses loop atau pernyataan iterasi diperlukan.
Keuntungan utama dari VHDL bila digunakan untuk desain sistem adalah bahwa hal itu memungkinkan perilaku sistem perlu dijelaskan (model) dan diverifikasi (simulasi) sebelum alat sintesis menterjemahkan desain ke dalam perangkat keras yang nyata (gerbang dan kabel).
Manfaat lain adalah bahwa VHDL memungkinkan deskripsi sistem konkuren (banyak bagian, masing-masing dengan perilakunya sendiri-sub, bekerja bersama-sama pada waktu yang sama). VHDL adalah bahasa dataflow , tidak seperti bahasa komputasi prosedural seperti BASIC, C, dan kode assembly, yang semuanya berjalan secara berurutan, satu instruksi pada satu waktu.
Titik akhir adalah bahwa ketika model VHDL diterjemahkan ke dalam "gerbang dan kawat" yang dipetakan ke perangkat programmable logic seperti CPLD atau FPGA , maka itu adalah sebenarnya perangkat keras yang sedang diatur, daripada kode VHDL yang "dieksekusi "seolah-olah pada beberapa bentuk chip prosesor.


Contoh Desain
Dalam VHDL, desain terdiri minimal dari suatu entitas yang menggambarkan antarmuka dan arsitektur yang berisi implementasi aktual. Selain itu, desain paling impor modul perpustakaan. Beberapa desain juga mengandung beberapa arsitektur dan konfigurasi.
Sederhana DAN gerbang dalam VHDL akan terlihat seperti ini:
-- (this is a VHDL comment)

-- import std_logic from the IEEE library
library IEEE;
use IEEE.std_logic_1164.all;

-- this is the entity
entity ANDGATE is
port (
IN1 : in std_logic;
IN2 : in std_logic;
OUT1: out std_logic);
end ANDGATE;

architecture RTL of ANDGATE is
begin

OUT1 <= IN1 and IN2;

end RTL;
Sementara contoh di atas mungkin tampak sangat verbose untuk pemula HDL, banyak bagian baik opsional atau perlu ditulis hanya sekali. Umumnya fungsi sederhana seperti ini merupakan bagian dari modul perilaku yang lebih besar, daripada memiliki modul terpisah untuk sesuatu yang sangat sederhana. Selain itu, penggunaan unsur-unsur seperti jenis std_logic mungkin pada awalnya tampaknya menjadi sebuah berlebihan. Satu dapat dengan mudah menggunakan built-in tipe bit dan menghindari impor perpustakaan di awal. Namun, dengan menggunakan ini bernilai logika 9 ( U, X, 0, 1, Z, W, H, L, - ) bukan bit sederhana (0,1) menawarkan simulasi yang sangat kuat dan alat debugging ke desainer yang saat ini tidak tidak ada dalam HDL lain.
Dalam contoh berikut, Anda akan melihat bahwa kode VHDL dapat ditulis dalam bentuk yang sangat kompak. Namun, desainer yang berpengalaman biasanya menghindari bentuk-bentuk kompak dan menggunakan gaya yang lebih verbose coding untuk memudahkan pembacaan dan rawatan. Keuntungan lain dengan gaya pengkodean verbose adalah jumlah kecil sumber daya yang digunakan ketika pemrograman untuk Programmable Logic Device seperti CPLD.


Synthesizeable konstruksi dan VHDL template
VHDL sering digunakan untuk dua tujuan yang berbeda: simulasi desain elektronik dan sintesis dari desain tersebut. Sintesis adalah proses di mana sebuah VHDL disusun dan dipetakan ke dalam sebuah teknologi penerapan seperti FPGA atau ASIC. Banyak FPGA vendor telah gratis (atau murah) alat untuk mensintesis VHDL untuk digunakan dengan chip mereka, di mana alat ASIC seringkali sangat mahal.
Tidak semua konstruksi dalam VHDL cocok untuk sintesis. Sebagai contoh, sebagian besar konstruksi yang menangani secara eksplisit dengan waktu seperti menunggu selama 10 ns, tidak disintesis meskipun berlaku untuk simulasi. Sementara alat sintesis yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda, ada subset disintesis umum VHDL yang mendefinisikan bahasa apa konstruksi dan idiom peta ke perangkat keras yang umum untuk peralatan sintesis banyak. 1.076,6 IEEE mendefinisikan subset dari bahasa yang dianggap sebagai subset sintesis resmi. Hal ini umumnya dianggap sebagai "praktek terbaik" untuk menulis kode yang sangat idiomatic untuk sintesis sebagai hasil dapat benar atau suboptimal untuk non-standar konstruksi.
Beberapa contoh kode yang peta ke multiplexer hardware tool berikut:

MUX template
The multiplexer , atau 'MUX' seperti yang biasa disebut, adalah sederhana membangun sangat umum dalam desain hardware. Contoh di bawah menunjukkan dua sederhana untuk satu MUX, dengan masukan A dan B, selektor S dan output X:

-- template 1:
X <= A when S = '1' else B;

-- template 2:
with S select
X <= A when '1',
B when others;

-- template 3:
process(A,B,S)
begin
case S is
when '1' => X <= A;
when others => X <= B;
end case;
end process;

-- template 4:
process(A,B,S)
begin
if S = '1' then
X <= A;
else
X <= B;
end if;
end process;

-- template 5 - 4:1 MUX, where S is a 2-bit std_logic_vector :
process(A,B,C,D,S)
begin
case S is
when "00" => X <= A;
when "01" => X <= B;
when "10" => X <= C;
when others => X <= D;
end case;
end process;
Tiga terakhir template menggunakan apa yang VHDL panggilan 'berurutan' kode. Bagian sekuensial selalu ditempatkan di dalam proses dan memiliki sintaks yang sedikit berbeda yang mungkin mirip dengan bahasa pemrograman yang lebih tradisional.

Latch template
Sebuah transparan latch pada dasarnya adalah satu bit memori yang diperbarui bila memungkinkan sinyal yang dibangkitkan:
-- latch template 1:
Q <= D when Enable = '1' else Q;

-- latch template 2:
process(D,Enable)
begin
if Enable = '1' then
Q <= D;
end if;
end process;
Sebuah SR-latch menggunakan satu set dan sinyal reset gantinya:
-- SR-latch template 1:
Q <= '1' when S = '1' else
'0' when R = '1' else Q;

-- SR-latch template 2:
process(S,R)
begin
if S = '1' then
Q <= '1';
elsif R = '1' then
Q <= '0';
end if;
end process;
2 template memiliki implisit "lain Q <= Q;" yang mungkin secara eksplisit ditambahkan jika diinginkan.
-- This one is a RS-latch (i.e. reset dominates)
process(S,R)
begin
if R = '1' then
Q <= '0';
elsif S = '1' then
Q <= '1';
end if;
end process;

D-type flip-flop
D-type flip-flop sampel sinyal masuk atau jatuh di tepi terbit jam. The DFF adalah dasar untuk semua logika sinkron.
-- simplest DFF template (not recommended)
Q <= D when rising_edge(CLK);

-- recommended DFF template:
process(CLK)
begin
-- use falling_edge(CLK) to sample at the falling edge instead
if rising_edge(CLK) then
Q <= D;
end if;
end process;

-- alternative DFF template:
process
begin
wait until CLK='1';
Q <= D;
end process;

-- alternative template expands the ''rising_edge'' function above:
process(CLK)
begin
if CLK = '1' and CLK'event then--use rising edge, use "if CLK = '0' and CLK'event" instead for falling edge
Q <= D;
end if;
end process;
Some flip-flops also have asynchronous or synchronous Set and Reset signals:
-- "Textbook" template for asynchronous reset.
-- This style is prone to error if some signals assigned under the rising_edge
-- condition are omitted (either intentionally or mistakenly) under the reset
-- condition. Such signals will synthesize as flip-flops having feedback MUXes
-- or clock enables (see below), which was probably not intended.
-- This is very similar to the 'transparent latch' mistake mentioned earlier.
process(CLK, RESET)
begin
if RESET = '1' then -- or '0' if RESET is active low...
Q <= '0';
elsif rising_edge(CLK) then
Q <= D;
end if;
end process;

-- A safer description of reset uses overwrite rather than
-- if-else semantics and avoids the gotcha described above:
process(CLK, RESET)
begin
if rising_edge(CLK) then
Q <= D;
end if;
if RESET = '1' then -- or '0' if RESET is active low...
Q <= '0';
end if;
end process;


-- template for synchronous reset:
process(CLK)
begin
if rising_edge(CLK) then
Q <= D;
if RESET = '1' then -- or '0' if RESET is active low...
Q <= '0';
end if;
end if;
end process;
Another common feature for flip-flops is an Enable signal:
-- template for flip-flop with clock enable:
process(CLK)
begin
if rising_edge(CLK) then
if Enable = '1' then -- or '0' if Enable is active low...
Q <= D;
end if;
end if;
end process;
Flip-flops can also be described with a combination of features:
-- template with clock enable and asynchronous reset combined:
process(CLK, RESET)
begin
if rising_edge(CLK) then
if Enable = '1' then -- or '0' if Enable is active low...
Q <= D;
end if;
end if;
if RESET = '1' then -- or '0' if RESET is active low...
Q <= '0';
end if;
end process;


Contoh: counter
Contoh berikut adalah up-counter dengan reset asynchronous, beban paralel dan lebar dikonfigurasi. Ini menunjukkan penggunaan unsigned 'tipe' dan generik VHDL. Para generik sangat dekat dengan argumen atau template dalam bahasa pemrograman tradisional lainnya seperti C atau C + +.
library IEEE;
use IEEE.std_logic_1164.all;
use IEEE.numeric_std.all; -- for the unsigned type

entity counter_example is
generic ( WIDTH : integer := 32);
port (
CLK, RESET, LOAD : in std_logic;
DATA : in unsigned(WIDTH-1 downto 0);
Q : out unsigned(WIDTH-1 downto 0));
end entity counter_example;

architecture counter_example_a of counter_example is
signal cnt : unsigned(WIDTH-1 downto 0);
begin
process(RESET, CLK) is
begin
if RESET = '1' then
cnt <= (others => '0');
elsif rising_edge(CLK) then
if LOAD = '1' then
cnt <= DATA;
else
cnt <= cnt + 1;
end if;
end if;
end process;

Q <= cnt;

end architecture counter_example_a;
Lebih counter kompleks dapat menambahkan jika / kemudian / lain laporan dalam elsif (CLK) rising_edge untuk menambahkan fungsi-fungsi lain, seperti menghitung memungkinkan, berhenti atau berguling di beberapa nilai hitung, menghasilkan sinyal output seperti sinyal jumlah terminal, dll Perawatan harus diambil dengan pemesanan dan bersarang kontrol tersebut jika digunakan bersama-sama, untuk menghasilkan prioritas yang diinginkan dan meminimalkan jumlah tingkat logika diperlukan.

Simulasi hanya konstruksi
Sebuah subset besar VHDL tidak dapat diterjemahkan ke dalam perangkat keras. subset ini dikenal sebagai non-disintesis atau subset-satunya simulasi VHDL dan hanya dapat digunakan untuk prototipe, simulasi dan debugging. Sebagai contoh, kode berikut akan menghasilkan sebuah jam dengan frekuensi 50 MHz. Hal ini dapat, misalnya, akan digunakan untuk menggerakkan input jam dalam desain selama simulasi. Hal ini, bagaimanapun, simulasi hanya membangun dan tidak dapat diimplementasikan dalam perangkat keras. Dalam hardware sebenarnya, jam dihasilkan secara eksternal, bisa dikecilkan internal oleh logika pengguna atau perangkat keras khusus.
process
begin
CLK <= '1'; wait for 10 ns;
CLK <= '0'; wait for 10 ns;
end process;
Simulasi hanya konstruksi dapat digunakan untuk membangun bentuk gelombang kompleks dalam waktu yang sangat singkat. gelombang tersebut dapat digunakan, misalnya, sebagai vektor uji untuk desain yang kompleks atau sebagai prototipe dari beberapa logika disintesis yang akan diimplementasikan di masa depan.
process
begin
wait until START = '1'; -- wait until START is high

for i in 1 to 10 loop -- then wait for a few clock periods...
wait until rising_edge(CLK);
end loop;

for i in 1 to 10 loop -- write numbers 1 to 10 to DATA, 1 every cycle
DATA <= to_unsigned(i, 8);
wait until rising_edge(CLK);
end loop;

-- wait until the output changes
wait on RESULT;

-- now raise ACK for clock period
ACK <= '1';
wait until rising_edge(CLK);
ACK <= '0';


-- and so on...
end process;

Masa Depan
VHDL-200X sedang dikembangkan sebagai iterasi berikutnya untuk VHDL. Hal ini akan memungkinkan VHDL pengembang untuk menulis dikombinasikan Hardware Description Language danHardware Bahasa Verifikasi kode. VHDL-200X adalah alternatif VHDL untuk SystemVerilog .

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/VHDL
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA



>


*Kaliamt dapat diartikan sebagai Kalimat Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan
*Kalimat ada berbagai macam bentuk dan jenisnya atau ada juga yang berpendapat tentang kalimat alah sebagai satuan gramatika yang terdiri atas sejumlah kata dan berintonasi final. Dalam setiap kalimat niscaya selalu ada sekurang-kurangnya satu gagasan. Menurut Keraf (1994: 35), untuk membuat kalimat efektif juga diperlukan aspek penguasaan bahasa sebagai berikut :
1. Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata) bahasa.
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.
3. Kemampuan menggunakan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan.
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
*Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.

*UNSUR-UNSUR KALIMAT
Secara praktis, kesatuan gagasan diwakili oleh pola sebagai berikut :
Subyek + Predikat + Obyek + Pelengkap + Keterangan
(S) + (P) + (O) + (Pel) + (Ket)
*Subyek (S) adalah unsur pokok dalam suatu kalimat di samping unsur predikat.
*Predikat (P) adalah unsur pokok dalam suatu kalimat, di samping subyek.
*Obyek (O) merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif.
*Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan obyek.
*Keterangan (Ket) merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat.
* SUBJEK DAN CIRINYA
Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
1. Berupa kata benda atau frase bendaan
2. Disertai kata itu, ini, dan tersebut
3. Didahului kata bahwa
4. Tidak didahului preposisi
5. Mempunyai keterangan pewatas yang

* PREDIKAT DAN CIRINY
a. Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana.
b. Predikat disertai kata adalah atau merupakan
c. Predikat dapat diingkari
d. Predikat dapat disertai kata keterangan aspek
e. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas
f. Predikat dapat didahului kata yang
g. Predikat dapat berupa :
- kata benda / frase nominal,
- kata kerja / frase verbal,
- kata sifat / frase adjektival,
- kata bilangan / frase numeral,
- kata depan / frase preposisional.
Fungsi predikat menyatakan pernyataan, perintah, atau pertanyaan.
*OBJEK DAN CIRINYA!!
Objek ialah Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek ialah.
1. Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
2. Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
3. Didahului kata Bahwa anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
*PELENGKAP DAN CIRINYA
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
ciri-ciri pelengkap ialah
1. Di belakang predikat ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Esty mengirimi saya buku baru .
b) Mereka membelikan anaknya sepeda baru.
Unsur kalimat surat, buku,sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
*KETERANGAN DAN CIRINYA
Ciri keterangan ialah
1. dapat dipindah –pindah posisinya .
perhatikan contoh berikut:
Kakak sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Kakak sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO. Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
*POLA-POLA PADA KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : wakil rakyat berdiskusi.
2. KB + KS : Guru itu cantik.
3. KB + KBil : Harga laptop itu lima juta rupiah.
4. KB + (KD + KB : Tinggalnya di Tanjung pinang.
5. KB + KK + KB : Mereka menonton bola.
6. KB + KK + KB + KB : Om mencarikan saya pekerjaan.
7. KB + KB : Agus peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

Sumber http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:6UAGgVYyEnIJ:images.budicrue.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RyQcrgoKCrYAAAZGjJc1/Struktur-Kalimat.doc%3Fnmid%3D64348211+ciri-ciri+objek+pada+kalimat+dasar&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf
Tinggalkan sebuah Komentar
Ragam dan variasi bahasa
Oktober 3, 2010 pada 7:38 am (Uncategorized)
Bahasa ialah
bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Di dalam bahasa Indonesia kita mengenal adanya ragam bahasa atau variasi bahasa
Definisi dari ragam bahasa itu sendiri adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri . Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri .
1. Ragam bahasa berdasarkan media/sarana
a. Ragam bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
*Kelebihan Ragam Bahasa lisan:
Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.
*Kelemahan Ragam bahasa lisan:
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang
b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh
Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis
1. Esty bilang kita harus pulang 1. Esty mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Opa lagi baca koran 2. Opa sedang membaca koran
3. Dia tinggal di Lenteng agung 3. Dia bertempat tinggal di Lenteng agung
*Kelemahan Ragam bahasa tulisan:
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
1. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ichlas mau masak nasi à Ichlas mau memaak nasi
2) Ibu akan ceritakan tentang Upin dan Ipin à Ibu akan menceritakan tentang Upin dan Ipin
1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan.
Bahasa baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi
a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia;
b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
e. lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.
4. Berdasarkan Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
a Ragam sosial
yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya di dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.
b. Ragam fungsional,yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional,
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
5 . Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
® Ragam Keilmuan/Teknologi : Komputer adalah mesin pengelola informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari lagi apabila diperlukan.
® Ragam Kedokteran : Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati.
® Ragam Keagamaan : Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
® Ragam Bahasa Sastra : Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
® Ragam Bahasa Iklan :Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif


Sumber
http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/26

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

RAGAM BAHASA (Variasi berbahasa)



>

Di dalam bahasa Indonesia kita mengenal adanya ragam bahasa atau variasi bahasa
Definisi dari ragam bahasa itu sendiri adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri . Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri .

1. Ragam bahasa berdasarkan media/sarana
a. Ragam bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
*Kelebihan Ragam Bahasa lisan:
Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.
*Kelemahan Ragam bahasa lisan:
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang
b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh
Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis
1. Esty bilang kita harus pulang 1. Esty mengatakan bahwa kita harus pulang
2. Opa lagi baca koran 2. Opa sedang membaca koran
3. Dia tinggal di Lenteng agung 3. Dia bertempat tinggal di Lenteng agung
*Kelemahan Ragam bahasa tulisan:
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ichlas mau masak nasi à Ichlas mau memaak nasi
2) Ibu akan ceritakan tentang Upin dan Ipin à Ibu akan menceritakan tentang Upin dan Ipin

3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan.
Bahasa baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.
Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi
a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia;
b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
e. lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.

4. Berdasarkan Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
a Ragam sosial
yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya di dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.
b. Ragam fungsional,yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional,
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.

5 . Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
® Ragam Keilmuan/Teknologi : Komputer adalah mesin pengelola informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari lagi apabila diperlukan.
® Ragam Kedokteran : Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati.
® Ragam Keagamaan : Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
® Ragam Bahasa Sastra : Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
® Ragam Bahasa Iklan :Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif

Sumber
http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/26

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0

FUNGSI & KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA



>

Sejak kecil, kita sudah mempelajari bahasa secara sendiri, tanpa ada yan mengajari. Kita bisa belajar sedikit demi sedikit. Bahasa yang dituliskan ataupun yang dilafalkan pasti memiliki makna. Melalui bahasa kita dapat menuangkan ide atau gagasan yang kita pikirkan.Bahasa merupakan dasar segala kegiatan yang kita lakukan.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adapt istiadat, tingkah laku, tata karma masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

A. Fungsi bahasa secara umum

- Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya;mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

- Sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

- Alat untuk mengadakan imtegrasi dan adaptasi sosial
Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

- Sebagai alat kontrol sosial
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, ceramah agama (dakwah), orasi ilmiah atau politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Selain itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia

A. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang, bukan seperti anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan.. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inspirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsep aslinya berbunyi (lihat pada gambar berikut):


Butir ketiga dianggap sesuati yang luar biasa., sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) Lambang kebanggaan nasional
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
(2) Lambang identitas nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
(3) Alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
(4) Alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu:
a). Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah.
b). Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintah Hindia Belanda.
c). Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah Hindia Belanda.
Bahasa Indonesia:
a). Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
b). Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia baik berupa: (1) bahasa pers, dan (2) bahasa dalam hasil sastra.
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945. Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu negara. Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina, dan India, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya, walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Bahasa-bahasa yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga faktor di atas, terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang terdapat di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara. Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketigqa faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidak hanya itu. Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai berikut:
(1) Bahasa resmi kenegaraan
Pembuktian bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
(2) Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Untuk memperlancar hal tesebut maka, materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa Inggris.
(3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan pe-rencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh orang kedua (baca: masyarakat).
(4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pe-ngetahuan serta teknologi modern.
Ssebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali mengajarkan menari Bali kepada orang Jawa, Sunda, dan Bugis dengan bahasa Bali? Tidak mungkin! Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Pages

Sample Widget

Cari Blog Ini

Back to Top