Resume ISD
> Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah ilmu yang memberikan pengetahuan dasar dan pengertian tentang berbagai konsep yang dikembangkan untuk menjelaskan gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi , dan penalaran seseorang dalam menghadapi lingkungan sosial.
Tujuan dari ISD adalah membantu kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian seseorang agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas, dan ciri-cri kepribadian yang diharapkan dari setiap anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap an tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan.
Ada empat komponen yang dimiliki manusia yang memenutukan kesuksesan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keempat komponen itu ialah IQ, EQ, SQ, dan AQ
IQ bisa termasuk kreativitas, kepribadian, perilaku, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan.
EQ yang biasa disebut Emotional Quotient memiliki banyak definisi. Para pakar memberikan definisi beragam pada EQ, diantaranya adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya.
Menurut definisi ini, EQ mempunyai empat dimensi berikut :
1. Mengenal, menerima dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional) caranya mampu membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan, baik melalui suara, ekspresi wajah dan tingkah laku.
2. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Caranya perubahan emosi bisa mengubah sikap optimis menjadi pesimis. Terkadang emosi mendorong manusia untuk menerima pandangan dan pendapat yang beragam.
3. Memahami dan menganalisa emosi. Mampu mengetahui perubahan dari satu emosi ke emosi lain seperti berubahannya dari emosi marah menjadi rela atau lega.
Spiritual Quotient (SQ) digambarkan sebagai ukuran yang terlihat pada seseorang kecerdasan spiritual dalam cara yang sama seperti intelligence quotient (IQ) terlihat pada kecerdasan kognitif. Ini adalah studi di mana terdapat 6 jenis kepribadian: sosial, investigasi, artistik, realis, kontraktor dan konvensional.
Para penulis berpendapat bahwa hanya SQ yang membuat manusia terpisah dari kedua mesin dan binatang. Menurut mereka SQ adalah tentang belas kasih dan kreativitas, kesadaran diri dan harga diri, fleksibilitas dan syukur. Jadi apa yang pernah didukung oleh para filsuf besar dari orang-orang seperti Swami Vivekananda sekali lagi ditekankan oleh dunia perusahaan modern.
Adversity quotient merupakan konsep tentang potensi manusia berupa kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi masalah hidup berupa kesulitan ataupun hambatan. Adversity quotient terdiri atas konsep tentang kognitif, kondisi fisiologis neuron otak dan emosi.
Konsep utama yang digunakan dalam adversity quotient merupakan konsep yang telah banyak dikenal dalam psikologi, yaitu tentang fenomena ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) dan atribusi. Menurut adversity quotient, kemampuan manusia menggunakan potensinya dalam menghadapi dan mengatasi masalah terletak pada sejauh mana sejarah kehidupan ind ividu telah menjadikan suatu pembiasaan-pembiasaan berupa respon ketidakberdayaan(Stoltz, 1997). Respon ketidakberdayaan ini akan mempengaruhi cara mengatribusi individu terhadap permasalahan, baik yang internal maupun eksternal. Cara mengatribusi, yang da lam adversity quotient disebut sebagai gaya penjelasan secara kognitif (Stoltz, 1997), memiliki fungsi bagi optimalisasi potensi individu dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup.
Adversity quotient merupakan satu istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya komponen yang berfungsi sebagai optimalisasi potensi- potensi dan pengembangan diri manusia. Adversity quotient ini mengandung konsep ukur terhadap komponen-kemponen yang berfungsi sebagai respon yang digunakan manusia dalam menghadapi kesulitan (Stoltz, 1997). Adversity quotient adalah respon individu terhadap kesulitan yang dihadapi, yaitu berupa respon yang dapat berfungsi untuk bertahan (tidak putus asa ataupun mengundurkan diri) dan menghadapi kesulitan untuk diselesaikan. Respon ini merupakan respon perseptual di mana di dalamnya terdapat peran kognisi (atribusi) dalam memandang permasalahan kesulitan yang dihadapi.
Soft skill adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang “EIQ” (Emotional Intelligence Quotient), kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi keterampilan keterampilan keras (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya.
Seseorang yang lembut EQ keterampilan merupakan bagian penting dari individu nya kontribusi bagi kesuksesan organisasi. Terutama yang berhubungan dengan pelanggan organisasi face-to-face umumnya lebih berhasil jika mereka melatih staf mereka untuk menggunakan keterampilan ini. Skrining atau pelatihan untuk kebiasaan atau ciri-ciri pribadi seperti ketergantungan dan kesadaran dapat menghasilkan laba atas investasi yang signifikan bagi suatu organisasi. Untuk alasan ini, soft skill semakin dicari oleh pengusaha di samping standar kualifikasi.
Hard skill adalah sesuatu kemampuan yang dimiliki oleh diri kita yang bersifat individu. Hard skills yang spesifik, diajarkan kemampuan yang mungkin diperlukan dalam konteks tertentu, seperti pekerjaan atau aplikasi universitas.
Contoh hard skill meliputi fasilitas dengan spreadsheet, mengetik, kemampuan matematis, kecakapan dengan aplikasi perangkat lunak, operasi mesin, pengembangan perangkat lunak, berbicara dengan bahasa asing, dan kalkulus
Perkotaan, Pedesaan, dan Problemnya.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. yang membentuk sebuah
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat berburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian ahli menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat suku, ras, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. orang kota paa umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu
3. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
4. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
5. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
6. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
7. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perbedaan desa dan kota
1. jumlah dan kepadatan penduduk
2. lingkungan hidup
3. mata pencaharian
4. corak kehidupan sosial
5. stratifikasi sosial
6. mobilitas sosial
7. pola interaksi sosial
8. solidaritas sosial
9. kedudukan dalam hierarki administrasi nasional
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan sperti beras, sayur mayor, daging, ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan. Mereka biasanya adalah pekerja-pekerja musiman.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yagn juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatn untuk memelihara kesehatan dan transportasi. Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal luas lahan pertanian dan tanah sulit bertambah, terutama didaerah yang seudah lama berkembang seperti pulau jawa. Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yangtidak mempunyai mata pencaharian tetap. Mereka merupakan pengangguran, baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah penuh.
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1. Wisma : unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga.
2. Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota
3. Marga : unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
4. Suka : unsur ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
5. Penyempurna : unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
Kota secara internal pada hakekatnya merupakan suatu organisme, yakni kesatuan integral dari tiga komponen meliputi penduduk, kegiatan usaha dan wadah. Ketiganya saling terkait, pengaruh mempengaruhi, oleh karenanya suatu pengembangan yang tidak seimbang antra ketiganya, akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara lain semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain, suatu perkembangan kota harus mengarah paa penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota
Di pihak lain kota mempunya juga peranan/fungsi eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka wilayah atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala regional maupun nasional. Dengan pengertian ini diharapkan bahwa suatu pembangunan kota tidak mengarah pada suatu organ tersendiri yang terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
Masyarakat Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo Kartohadi adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemeritnahan sendiri. Menurut Bintaro desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat disuatu daerah dalam hubungannya danpengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.. Menurut paul H.Landis : desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya
Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
1. konflik
2. kontraversi
3. kompetisi
4. kegiatan pada masyarakat pedesaan
Masalah perkotaan dan pedesaan yang paling sering adalah masalah kependudukan lebih spesifik lagi masalah urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Penanganan masalah urbanisasi yang tinggi di kota besar di negara-negara
berkembang, sudah harus menjadi bagian dari kebijakan nasional. Sebab
pertambahan penduduk yang terlampau cepat seperti di Jakarta, telah
menimbulkan persoalan tersendiri dalam penyediaan berbagai fasilitas, serta
kualitas lingkungan hidup.
Pemerintah khususnya Pemprov DKI Jakarta telah mengambil langkah-langkah untuk menekan arus urbanisasi yang terjadi. Langkah pertama dengan melakukan operasi yustisi kependudukan (OYK). Kali ini operasi dilakukan secara terpadu dengan berbagai dinas dan insatnsi lainnya. Dalam operasi ini akan didata identitas penduduk yang berada di Jakarta. Bagi yang terjaring operasi nantinya akan dipilah menjadi dua. Penduduk yang tidak memiliki identitas, pekerjaan dan tempat tingal tetap akan langsung dipulangkan ke daerah asalnya
Langkah kedua untuk menekan laju urbanisasi, Pemprov DKI Jakarta telah megadakan kerja sama dengan sembilan provinsi yaitu seluruh provinsi di pulau Jawa, Lampung, Bali, NTB, dan NTT. Kesembilan provinsi tersebut merupakan wilayah asal terbesar penduduk yang pindah ke Jakarta. Oleh karena itu. urbanisasi merupakan masalah nasional. Sehingga jika dilakukan sendiri tidak akan mengatasi masalah. Untuk itulah dibutuhkan kejasama antara pemerintah dengan masyarakat yang bersangkutan.
Written by thetrackers in: Ilmu Sosial Dasar, Kumpulan artikel | Tags: desa, Faktor, Kota, Masalah, Pedesaan, Penanggulangan, Perkotaan, Urbanisasi
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pages
0 komentar:
Posting Komentar